Langsung ke konten utama

Postingan

Jarak dan Waktu : Bayu - Chapter 2

Jarak dan Waktu {Start Iwan2.             Pagi menjelang siang.             Bayu, teman Iwan yang seumuran dengan Iwan. Bayu dan Iwan tidak berada di kelas yang sama, namun Bayu selalu membantu Iwan jika ada masalah, begitu juga sebaliknya. Bayu tidak seperti Iwan yang memiliki badan keren, Bayu anak yang berbadan kurus, berkacamata.. Dibalik penampilannya yang sangat culun, dia seorang yang sangat pintar dan cerdik. Motor 150cc melaju dijalan sempit menuju sekolah. Sekali dua kali hampir menabrak ibu -ibu yang tengah menenteng belanjaan 1 minggu.  Untung saja tidak ada anak anak yang berkeliaran saat itu. Seorang bapak-bapak meneriaki Iwan “WOIII” namun diacuh, begitu fokusnya Iwan untuk segera menuju sekolah. Motor terparkirkan di depan sekolah. Iwan locat dari motornya dan berlari menuju belakang sekolah. “WOI BANGSAT, DIMANA KAU HAH!” Iwan mendengarnya. Dengan licah Iwan bersembunyi didalam semak belukar untuk bersembunyi. Didalam pikiran Iw

Jarak dan Waktu : Iwan - Chapter 1

            Tangan memegang erat, jangan lepaskan.             Menatap indah malam penuh bintang, jangan pergi.             Tidak pernah seperti ini sebelumnya, jangan menangis.             2 dunia bertemu, untuk melepas tangis yang menggumpal di dada.             Aku mencintai mu. Dan akan selalu menyayangimu. Jarak dan Waktu {Start Iwan1.             Pagi.             Burung berkicau dengan riang, bagaikan nyanyian pagi untuk menyambut hari baru. Di seberang jalan, secangkir kopi membuat dunia Pak Arman menjadi sangat tenang. Bagaimana tidak, kemarin ia mendapat gaji yang cukup besar atas kerja lembur yang ia kerjakan selama ini. Pak Arman mempunyai profesi sebagai karyawan yang tidak letih untuk bekerja dan bekerja. Ibu Rina (istri pak Arman) hanya bisa geleng kepala melihat suaminya yang giat bekerja. “Ayah?” ibu Rina muncul di balik badan besar pak Arman. “Iya bu? Ada apa?” secangkir kopi yang kini tinggal setengah. “Sayu

Hari itu.

  Hari itu hujan. Aku berdiri tepat di depan rumah tiada penghuni. Berusaha membakar tembakau, apa yang aku pikirkan? Ini hujan. Aku tidak tahu. Apa saat ini aku menangis atau langit menangis untuk ku? Kutinggalkan tembakau basah di depan rumah itu.

The Edge of the Harbor.

Masih dipelabuhan yang sama.  Aku duduk menyendiri bersama angin malam yang tengah tertawa.  Suara air laut menghantam lembut kayu dermaga. Tidak seorang pun disini. Sepi, sunyi, sendiri, apa yang ku tunggu?

Rain. Chapter : Rey.

Hujan benar benar menampar muka ku. Dijalan sepi dan sunyi. Membawa tas berisi “masa depan” yang sudah basah. Ini adalah sialku yang kesekian kali nya. Contohnya saja tadi pagi, aku sudah ditolak diperusahaan yang terbilang kecil. Mereka menganggap remeh aku. Siangnya aku tidak bisa makan di tempat bu Sri, sudah terlalu banyak hutang ku. Pada akhirnya aku hanya memakan roti lapis keju yang disediakan kakak ku. Terima kasih kak.

Rindu itu Kejam.

Teramat Kejam. Seseorang berkata kepadaku "Jarak itu menciptakan Rindu dan di Rindu itu kita belajar untuk menghargai setiap pertemuan." Jika tahu jarak membuat Rindu, kenapa harus menciptakan Jarak? Tidak kah engkau tahu Rindu itu membuat sesak? Tidak kah engkau tahu Rindu itu mengiris kepercayaan? lalu kenapa menghargai Rindu? Sungguh, Rindu teramat kejam. Yaure2K17 .

Dingin.

Rumah, 9 malam lewat. Sunyi. Senyap. Hening. Campur aduk. Hati menggigil. Tanda sesuatu tertinggal atau sudah ditinggal? Senyum manis. Selalu melekat. tanpa tahu makna dan maksud. kini tiada. Bukan maksud hati Untuk pergi. Tapi hati gundah Menjadi perkara. Andai engkau paham. Bukan ini kumau Bukan ini yang ku mau. Kehangatan impianku hangat kebersamaan ku mau. Terima kasih atas segala kepada engkau. Aku jatuh cinta pada senyum manis mu. Yaure2018 .