Langsung ke konten utama

Distance.

“Hujan kali ini membuat ku muak”
Itu sudah ke-4 kalinya temanku berkata seperti itu. Hujan sore ini memang menampar keras wajah kami. Saat ini kami sedang dalam perjalanan dari Pekanbaru menuju Padang, diperkirakan akan menempuh perjalanan selama 6 jam. Oh ya, kami menggunakan Motor.


“Tenang lah, baru saja kita melewati perbatasan Riau dan Sumatra Barat. Ingin berhenti dulu?”

“Ide yang bagus” teman ku langsung menghentikan motornya di sebuah kedai.

                Kami berhenti disebuah kedai yang tidak besar dan tidak pula kecil. Ada seorang ibu-ibu yang duduk menikmati kopi panas, kurasa ia adalah pemilik kedai ini.

“Masuk lah dek..” ibu itu meletakkan cangkir kopinya di meja tempat masaknya.

“Iya bu, terima kasih.. ada Kamar kecil bu?” aku rasa ini lah yang membuat dia muak akan hujan tadi.

“Iya ada, itu di sebelah kanan.”

“Terima Kasih” teman ku pergi dengan gesitnya.

                Badan ku masih basah akibat hujan tadi, walau pun sudah menggunakan jas hujan. Aku melepas jas hujan yang sangat basah dan mengantungnya di motor kami yang terparkir, membuka sepatu, dan aku duduk di kursi dengan 1 meja 4 kursi.

Knock Knock
Maaf, ketukan pintu adalah ringtone handphone ku saat menerima pesan. Aku mulai meraih handphone di saku celana ku.

“Yuli?” ternyata sebuah pesan dari teman bbm ku.

“Haduh, masih bbm-an dengan cewek jauh itu??”

“Hah? Ohh kau rupanya Sean. Udah selesai dari kamar kecil?” aku agak kaget sedikit.

“Iya, air disana saat dingin! Seperti aku minum segelas air dingin dengan batu es”

“Haha, namanya juga udh masuk daerah tinggi”

“Begitu lah”

                Aku kembali mengecek bbm dan Sean pergi kearah ibu kedai untuk meminta seporsi mie dan kopi, tentu saja, kopi itu milik ku. Aku mulai membalas pesan Yuli di bbm yang mengingatkan aku sebuah Fs, tentu aku dengan senang hati membuatnya.

“Oh ya, kau belum menjawab pertanyaan ku tadi.. kenapa kau masih bbm-an dengan cewek jauh itu?”

“Ada masalah?” aku rasa dia mulai membuka pembicaraan.

“Iya enggak sih, tapi tetap aja.. kau itu kami jodohkan dengan adek kelas gak mau, teman kelas sebelah gak mau. Eh, tiba yang jauh mau aja.. di selingkuhi baru tau rasa”

“Tapi, kan aku belum jadian sama dia”

“Apa lagi itu.. lebih parah. Bagus kau lupakan dia, coba move on dari yang lalu-lalu, gebet adek kelas, dan kau bahagia”

                Dia ceramahi aku?

“Dari mana pula kau tau pasti aku bahagia?”

“Eh, dengar ya.. adek kelas yang kami jodohkan tu cantik. Siapa yang gak bahagia kalau udah dengannya? Sudah pasti kau bahagia~” Sean tersenyum.

                Aku ikut tersenyum kecil bersamaan dengan datangnya Kopi panas dan mie rebus milik Sean. Sean mulai mengambil sendok untuk memulai santapannya. Kopi hangat di depan ku membuatku menikmati suasana hujan di kedai. Aku mulai mengambil kopi dan meminum sedikit. Masih panas.

“Aku mau tau pula, gimana kau bisa berkenalan dengannya, mau bercerita?” Aku rasa Sean memiliki rasa ingin tau yang tinggi, itu yang membuat dia menjadi orang yang berwawasan luas.

                Aku enggan bercerita, tapi begitu mencium aroma mie rebus miliknya membuatku mendapatkan sebuah ide.

“Baiklah, aku akan bercerita”

“Oke, go on”

“In one condition” ini dia yang ide ku.

“Pakai syarat?” Sean mulai menatapku.

“Pasti, traktir aku mie dan teh panas.”

                Sean menatap sinis aku, aku tahu itu akan sedikit membebaninya. Aku hanya tersenyum melihat tatapannya.

“Baiklah” ia memutar badan “bu! Mie rebus 1 lagi dan teh panas! Oke, lanjut kan”

“Baiklah.. dengarkan baik-baik. Kau tahu grup anime aku yang di bbm dulu kan? Cerita ini mulai dari sana”


****
                Aku tidak begitu mudah untuk “Benar-benar” suka. Tapi, hal ini terjadi lagi.
Aku kenal dengannya berawal dari sebuah grup anime. Awal aku ketemu grup anime ketika ada sebuah posting kiriman orang dengan nama Kemal (Bukan Kemal Pahlevi), ia membuat sebuah grup anime untuk seru-seruan.

“Bro gw join dong bro ini pin gw *******”

“Sipp” balasan Kemal.

                Setelah masuk mulai lah tercipta grup Anime Lovers. Aku tidak tahu kaan aslinya grup itu ada, tapi yang kuingat adalah aku ada orang pertama yang masuk digrup itu, namun tidak lama muncul Fathin lalu di lanjutkan lainnya. Di grup pembahasannya seperti biasa, hanya beberapa hal-hal anime. Namun, ada yang kuingat adalah aku dan Fathin menguasai grup sampai Kemal (sang admin) menghilang :v . lalu, mulai lah 1 pembicaraan

BBM Grup
@Rina Join Group Chat
Fathin : CEWEK BROO!!
Aku : Alhamdulilah~
Fathin : segitu amat bro :v siapa tau dia jodoh lu :v
Aku : entah lah :v cek dulu bro :v siapa tau hode :v
Fathin : Anjir :v
Aku : Rina, Silahkan Intro :v
Rina : Haloo.. nama ku Rina kelas 2 SMK. Silken
Fathin : Rina dari mana nih?
Rina : dari Jayapura
Aku : widdih, jauh bener.

                Yap. Itu lah sejarah munculnnya cewek di grup Anime Lovers. Lanjut~
Fathin : tapi, cewek masih lu sendiri? :’v
Rina : kyk nya sih iya.
Fathin : ajakin teman mu.
Rina : ada kok, dia kakak ku. Bentar ya.
Aku : yey :v populasi cewe bertambah :v
Fathin : Jones bener lu :v
Aku : maaf :v
@Ayu Join Group Chat
Aku : intro :v
Fathin : :v
Ayu : halo.. aku Ayu, dari Jayapura. Temannya Rina.
Aku : Hai~ :v

                 Lalu muncul lah Lucky, dan ceweknya Fathin (Aku lupa namanya). Singkat? Ya, begitulah. Hampir seluruh chat mulai Kehilangan kendali. Hampir tidak ada yang membahas Anime atau pun Manga, adapun hanya beberapa saja. Namun, pada akhirnya Kemal (sang Admin) keluar mendadak, aku tidak tahu kenapa. Bukan berarti kami bakal bubar, kami semua masih menetap di grup itu. Lalu muncul lah Sajali dan teman-temannya. Semuanya menyenangkan saat itu, jujur saja aku bahkan mulai jarang keluar rumah karena grup anime ini haha :v yap begitu lah~

                Namun, semua mulai berubah ketika Ayu mulai jarang terlihat, bahkan ia DC hampir semua teman-teman grup. Rina bilang signal T*lk*ms*l bermasalah. Saat itu aku mulai jarang chat dengan dia. Sekitar hampir 1 -2 minggu, aku mulai penasaran denganya. Rina masih bisa bbm-an dengan kami 1 grup, tapi dia tidak. Aku mulai mencari fb nya, hasilnya nihil. Terakhir aku mendapatkannya dari Rina.

*****
                Aku mulai memakan mie rebus yang telah di antarkan. Akh~ rasanya sangat enak ditengah hujan seperti ini.

“Hei, kau belum selesai ceritakan?” Sean mulai ngotot.

“Tentu saja belum, biarkan aku makan sedikit dulu.” waduh, mie ini sangat panas.
“Haduh, jadi kau kenalan dengannya dari sebuah grup Anime?”

“Ya begitulah”

“Lalu? Bagaimana kau bisa dekat dengannya?”

“Haha gombal dan beberapa coretan di kertas”

“Haduh, lalu? Setelah itu?”

“Setelah itu? Aku mulai benar-benar dekat dengannya lewat facebook. saling semangati, bahkan saat itu mau mendekati UKK dan juga saling curhat.”

“Haha, biar kutebak.. pasti dia menceritakan mantannya.”

“Tepat sekali” tebakannya sangat benar.

“Haha, hati-hati CurhatZone” istilah baru.

                Aku tertawa. Sebenarnya aku juga takut masuk dalam kategori CurhatZone.

“Baiklah, silahkan lanjutkan. Aku mau tahu, apa yang membuatmu memilihnya dibanding adek kelas yang cantik itu” Sean juga mulai kembali makan Mie rebusnya.

“Baiklah, kita mulai”

 Next to Distance 2


Postingan populer dari blog ini

Jarak dan Waktu : Iwan - Chapter 1

            Tangan memegang erat, jangan lepaskan.             Menatap indah malam penuh bintang, jangan pergi.             Tidak pernah seperti ini sebelumnya, jangan menangis.             2 dunia bertemu, untuk melepas tangis yang menggumpal di dada.             Aku mencintai mu. Dan akan selalu menyayangimu. Jarak dan Waktu {Start Iwan1.             Pagi.             Burung berkicau dengan riang, bagaikan nyanyian pagi untuk menyambut hari baru. Di seberang jalan, secangkir kopi membuat dunia Pak Arman menjadi sangat tenang. Bagaimana tidak, kemarin ia mendapat gaji yang cukup besar atas kerja lembur yang ia kerjakan selama ini. Pak Arman mempunyai profesi sebagai karyawan yang tidak letih untuk bekerja dan bekerja. Ibu Rina (istri pak Arman) hanya bisa geleng kepala melihat suaminya yang giat bekerja. “Ayah?” ibu Rina muncul di balik badan besar pak Arman. “Iya bu? Ada apa?” secangkir kopi yang kini tinggal setengah. “Sayu

a women with yellow dress that i miss about her

Aku terbangun diantara bunga matahari.  Cahaya hangat membangunkan ku, namun tak ada rasa kesal di dada. Aku berdiri melihat sekitar, ini taman bunga matahari. Bau khas yang tidak dapat ku jelaskan membuat ku memegang dada yang semakin lama hangat. Sebuah bangunan tua yang sudah dipenuhi tumbuhan belukar.  Diatasnya bangunan itu, seorang wanita yang tengah menari dengan gaun kuningnya. Aku mengenalnya. Langkah kaki berjalan perlahan kearah bangunan tua, arahnya. Di atas, langkah tari nya berhenti seraya memandang ku. Aku bertepuk tangan. Ku sebut namanya. Wanita gaun kuning hanya tersenyum. "Kemana rasa ledakangan hangat di dada mu itu? Sudah benar-benar mati hati mu?" Katanya pada ku. Aku duduk ditepi bangunan tua. Ia nyusul dan duduk disebelah ku. Aku mencium aroma wangi khasnya. Aku menjelaskan padanya tentang rasa sakit dan kecewa hingga tidak ingin lagi berurusan perasaan. Lelah dan penat, tidak ingin mencari apalagi dicari. Wanita itu berdiri dan menari. Aku

Jarak dan Waktu : Eka - Chapter 3

                Malam, Hujan Rintik.                 Masih dihari yang sama, hari dimana Iwan dan Bayu berhasil kibulin Ryan. Di ujung dunia lainnya, seorang perempuan menangis di balik pintu kamar nya. Pintu terkunci dari dalam. Isak tangis tidak berhenti sejak ia bertemu kekasih hatinya. Adit menghancurkan habis isi hatinya.                 Buku buku berserakan. Lampu kamar tidak menyala. Mengundang tangis Eka untuk terus mengalir tiada henti. Perasaan Eka benar benar runyam. Tidak biasa dijelaskan dengan kata-kata. Ia benar benar mencintai kekasihnya.   Tok tok tok.   “Kak?” dibalik pintu ada adik Eka, Sri.                   Eka tidak menjawab. Terlalu malu baginya untuk menjawab. Dirinya benar-benar berantakan. Kusut .   “Sudah lah kak.. jangan pikirkan dia. Ada banyak laki laki yang lain. Kenapa harus Adit? Dia sudah berkali kali tertangkap basah oleh kakak, tapi kenapa kakak masih memikirkannya? Ayolah lah kak.” Sang adik tak kuasa melihat kakaknya menan