Langsung ke konten utama

Rumput Hijau

"Hai? aku kembali!! apa kabar mu? baik kah?"
"hari ini aku membawa bunga!! jreng jreng!!"
"seperti yang mu suka, kuharap mu 'masih' suka haha"
"hahaha terlalu garing ya?? maaf maaf, aku tau aku begitu garing dalam hal ini"
"kamu benar soal aku yang kurang dalam hal lucu, humor ku rendah sekali.. maaf"
"hei! saat aku membeli bunga ini tadi aku bertemu dengan sahabat mu!"
"iya benar! si Ayu! dia titip salam untuk mu"
"si Ayu akhirnya jadian dengan sahabat ku, Raka.. "
"yap! benar! Raka yang dulu suka pada mu!"
"dulu saat aku sebelum mengenal mu, aku dan Raka memperebutkan nomor hp mu"
"haha.. kejadian yang lucu, namun pada akhirnya aku yang menang! kamu sendiri lah yang memberikan nomor itu pada ku."
"aku begitu senang dan semua nya, berawal dari sana"
"kita dulu menikmati waktu berdua bersama"
"jalan-jalan"
"karyawisata"
"sampai kita di 'ciee cieee' satu sekolah"
"hahaha aku yakin, Raka sangat cemburu pada saat itu"
"apakah mu ingat saat kita di kejar kejar oleh preman sat karyawisata?"
"saat itu lah mu memegang tangan ku begitu kuat.."
"pada hal aku adalah laki laki! tapi, tetap saja tangan lembut dan halus seperti kapas menggengam ku dengan kuat"
"kita berlari diantar orang banyak"
"sampai pada akhirnya kita bersembunyi disebuah gang"
"nafas ku yang begitu sesak akibat penyakit paru paru ku"
"walau dengan penyakit ku seperti ini, mu malah tertawa"
"tawa itu lah yang mengundang ku untuk mengatakan"
"Hei Rikka, mau kah kamu menjadi Pacar ku?"

"saat itu engkau hanya mengangguk dan tersenyum kecil"
"itu adalah senyum terindah yang pernah kulihat"
"semua yang kita lalui, mulai dari masa masa SMA yang gila dan aneh"
"namun berubah saat kamu mulai masuk rumah sakit"
"sebuah tempat yang dingin"
"sebuah tempat dimana kamu mulai berbaring"
"4017 ruang VIP"
"itu ruangan mu.. ruangan dimana aku ingin berteriak melihat keadaanmu"
"ibu berkata bahwa kamu sedang dalam kondisi kritis"
"kamu mengalami koma pada saat itu"
"ibu mu menjelaskan penyakit mu kepada ku"
"haha, maaf saja tapi aku tidak menghiraukan ibu mu"
"aku hanya memegang tangan hangat mu sambil meminta agar kamu terbangun kembali, aku rindu dimana aku dapat berjalan bersama mu"
"maaf"
"maaf kan aku"
"loh? Air mata ya? Maaf ya.. aku selalu mengeluarkan Air mata pada saat saat seperti ini"
"jam 17 : 40"
"saat aku mulai keluar dari kamar mu"
"kamu mulai meninggalkan ku"
....
....
....
"kenapa..."
"kenapa kamu meninggalkan ku.."
"Aku merindukan mu"
"kuharap kamu baik baik disana"
"banyak kenangan yang tertinggal disini"
"aku menampungnya, karena aku tahu.."
"engkau, begitu berharga bagi ku"


-Yaure[2016]

Postingan populer dari blog ini

Jarak dan Waktu : Iwan - Chapter 1

            Tangan memegang erat, jangan lepaskan.             Menatap indah malam penuh bintang, jangan pergi.             Tidak pernah seperti ini sebelumnya, jangan menangis.             2 dunia bertemu, untuk melepas tangis yang menggumpal di dada.             Aku mencintai mu. Dan akan selalu menyayangimu. Jarak dan Waktu {Start Iwan1.             Pagi.             Burung berkicau dengan riang, bagaikan nyanyian pagi untuk menyambut hari baru. Di seberang jalan, secangkir kopi membuat dunia Pak Arman menjadi sangat tenang. Bagaimana tidak, kemarin ia mendapat gaji yang cukup besar atas kerja lembur yang ia kerjakan selama ini. Pak Arman mempunyai profesi sebagai karyawan yang tidak letih untuk bekerja dan bekerja. Ibu Rina (istri pak Arman) hanya bisa geleng kepala melihat suaminya yang giat bekerja. “Ayah?” ibu Rina muncul di balik badan besar pak Arman. “Iya bu? Ada apa?” secangkir kopi yang kini tinggal setengah. “Sayu

a women with yellow dress that i miss about her

Aku terbangun diantara bunga matahari.  Cahaya hangat membangunkan ku, namun tak ada rasa kesal di dada. Aku berdiri melihat sekitar, ini taman bunga matahari. Bau khas yang tidak dapat ku jelaskan membuat ku memegang dada yang semakin lama hangat. Sebuah bangunan tua yang sudah dipenuhi tumbuhan belukar.  Diatasnya bangunan itu, seorang wanita yang tengah menari dengan gaun kuningnya. Aku mengenalnya. Langkah kaki berjalan perlahan kearah bangunan tua, arahnya. Di atas, langkah tari nya berhenti seraya memandang ku. Aku bertepuk tangan. Ku sebut namanya. Wanita gaun kuning hanya tersenyum. "Kemana rasa ledakangan hangat di dada mu itu? Sudah benar-benar mati hati mu?" Katanya pada ku. Aku duduk ditepi bangunan tua. Ia nyusul dan duduk disebelah ku. Aku mencium aroma wangi khasnya. Aku menjelaskan padanya tentang rasa sakit dan kecewa hingga tidak ingin lagi berurusan perasaan. Lelah dan penat, tidak ingin mencari apalagi dicari. Wanita itu berdiri dan menari. Aku

Jarak dan Waktu : Eka - Chapter 3

                Malam, Hujan Rintik.                 Masih dihari yang sama, hari dimana Iwan dan Bayu berhasil kibulin Ryan. Di ujung dunia lainnya, seorang perempuan menangis di balik pintu kamar nya. Pintu terkunci dari dalam. Isak tangis tidak berhenti sejak ia bertemu kekasih hatinya. Adit menghancurkan habis isi hatinya.                 Buku buku berserakan. Lampu kamar tidak menyala. Mengundang tangis Eka untuk terus mengalir tiada henti. Perasaan Eka benar benar runyam. Tidak biasa dijelaskan dengan kata-kata. Ia benar benar mencintai kekasihnya.   Tok tok tok.   “Kak?” dibalik pintu ada adik Eka, Sri.                   Eka tidak menjawab. Terlalu malu baginya untuk menjawab. Dirinya benar-benar berantakan. Kusut .   “Sudah lah kak.. jangan pikirkan dia. Ada banyak laki laki yang lain. Kenapa harus Adit? Dia sudah berkali kali tertangkap basah oleh kakak, tapi kenapa kakak masih memikirkannya? Ayolah lah kak.” Sang adik tak kuasa melihat kakaknya menan